Setiap generasi memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda. Generasi milenial yang secara nyata merasakan awal mula perkembangan Teknologi Informasi & Komunikasi yang begitu pesat. Hal tersebut membuat generasi ini lebih mahir menggunakan gadget daripada generasi sebelumnya, yang berakibat para millenials melakukan digitalisasi melalui internet pada semua aktivitasnya atau biasa disebut work style.
Akibat work style baru dari generasi milenial inilah para pengusaha harus mengenali gaya kerja mereka agar dapat memanfaatkan potensinya dengan baik di tengah lingkungan global yang semakin kompetitif ini.
–
Work Style Milenial dan Budayanya
Work Style dan budaya kerja milenial di bawah ini mungkin sudah menjadi kebiasaan Anda juga dalam melakukan pekerjaan sehari-hari di rumah. Berikut uraiannya;
–
1. Pemimpin yang teladan dan tidak bossy adalah kesukaan para millennials
Semua generasi sebelumnya akan setuju bila pemimpin haruslah memiliki karisma dan otoritas yang begitu kuat sehingga patut dikagumi. Hal ini berbanding terbalik dengan tipe pemimpin kesukaan millennials, yakni haruslah teladan dan tidak bossy.
Milenial juga lebih menyukai pemimpin yang berbaur secara ramah dengan bawahan alias tidak bossy. Jadi, Anda harus menjadi sosok pemimpin yang baik dan tidak bossy agar dapat merangkul pegawai milenial.
–
2. Pegawai milenial tidak terlalu memperdulikan garis hierarki
Mereka menganggap garis hirarki dalam perusahaan hanyalah sebuah formalitas. Jika pemimpin saja dituntut tidak bossy dan berbaur dengan mereka, maka bukanlah hal yang aneh jika para milenial juga menuntut organisasi yang tidak terpaku pada garis hierarki atau tidak birokratis.
Ini terjadi bukan tanpa alasan, transparansi yang meningkat pesat dan kepercayaan diri seorang milenial membuatnya menginginkan berkolaborasi dengan setiap rekan kerja yang dirasa cocok serta potensial memberikan hasil yang baik tanpa harus terikat garis hierarki.
–
3. Work style milenial lebih menyukai tantangan
Mereka cenderung menyukai tantangan dalam bekerja. Tidak heran jika pegawai milenial mudah sekali bosan dengan rutinitas pekerjaan yang “begitu-begitu saja” sehingga membuat banyak perusahaan kehilangan pegawai secara cepat.
–
4. Pekerja keras dan positive-thinker
Sifat haus akan peningkatan skill tadi membuat para milenial bekerja keras demi mendapatkan pengalaman baru. Dan kebiasaan mereka berusaha berpikir positif juga mendorong sifatnya yang pekerja keras menjadi optimal.
–
5. Harus bekerja di lingkungan kerja yang nyaman
Tempat kerja yang nyaman akan menjadi salah satu pertimbangan seorang pegawai bertahan atau tidak dari pekerjaan yang sedang digelutinya. Keadaan dan fasilitas tempat kerja seperti kursi yang nyaman, pencahayaan yang cukup, WiFi access, dapur pegawai, ruang terbuka, area merokok, hingga estetika tempat kerja yang Instagramable menjadi objek penilaian tersendiri bagi pegawai milenial terhadap layak atau tidaknya suatu pekerjaan untuk dipertahankan.
–
6. Menyukai fleksibilitas waktu
Perusahaan startup pada umumnya memberikan kelonggaran agar pegawainya dapat menyelesaikan pekerjaan di mana saja dan waktu kerja yang begitu fleksibel. Hal ini dilakukan agar perusahaan mendapatkan keuntungan atas kreativitas para milenial yang luar biasa. Sedangkan ide-ide kreatif itu dapat muncul kapan saja, bahkan tengah malam sekali pun.
–
7. Senantiasa mengandalkan gadget
Gadget hadir sebagai bahan mencari ide (melalui internet), menyelesaikan pekerjaan, berkomunikasi/berkoordinasi dengan klien, dan masih banyak lainnya. Oleh sebab itu, buatlah sistem kerja yang dapat dilakukan melalui gadget. Selain memenuhi gaya kerja milenial, kerja menggunakan gadget juga akan jauh lebih efisien.
–
Semoga artikel yang selalu kami sediakan bermanfaat bagi teman-teman sekalian. Terima kasih.
Featured image by People photo created by cookie_studio – www.freepik.com